Pagi itu, pukul 04.00WIB udara
begitu dingin menusuk tulang di Ranca upas, Bandung Selatan. Pagi hari ke-2
Pertemuan Pengamat Burung Indonesia (PPBI) V itu diawali dengan kesibukan
pesertanya masing-masing. Ada yang mengemas alas tidurnya, ada yang melakukan
ibadah subuh dan ada juga yang memilih melanjutkan tidur. Setelah beberapa saat
kemudian, panitia sibuk menyiapkan sarapan berupa bubur kacang hijau panas dan
roti yang diagendakan sebagai kegiatan pertama peserta pada hari itu. Saat
panitia sibuk dengan pelayanan sarapan, sebagia peserta juga tengah sibuk
mempersiapkan peralatan berburu yang akan digunakan beberapa saat lagi. Ya,
para peserta tengah mempersiapkan peralatan pengamatan burung dan kamera
berbagai model dan merek. Ada yang membawa buku panduan lapangan, binokular dan
kamera digital. Sebagai catatan, kegiatan PPBI ini juga diikuti berbagai
komunitas fotografi satwa liar.
Tepat pukul 06.00 WIB setelah
selesai berbaris dan kata sambutan dari pihak panitia, para peserta dibagi ke
dalam beberapa kelompok pengamatan. Selang beberapa saat peserta dipersilahkan
menuju areal hutan di perbukitan di kawasan Ranca Upas. Dengan dipandu beberapa
orang dari pihak panitia, para peserta berangkat menuju lokasi pengamatan. Tak
butuh waktu lama bagi kami untuk terpukau. Suara burung pengicau khas penghuni
dataran tinggi menyambut perjalanan kami. Sayapun ikut terpukau melihat
berbagai jenis burung yang begitu atraktif seolah menyambut kedatangan kami dan
memberkan kesan bahwa mereka jauh lebih indah bila diamati di alam bebas.
Berikut beberapa hasil dokumentasi pengamatan burung yang ditemukan:
Beberapa jenis yang teramati pada
2 jam pengamatan antara lain tekukur biasa,bentet kelabu, cica kopi melayu, berkik,
sikatan kepala abu, sikatan belang, sikatan “cerdas” (bodoh), kipasan ekor
merah, munguk loreng, ciu besar, dan elang hitam dan elang-ular bido. Saat
perjalanan kembali, peserta dihebohkan dengan kemunculan ciung mungkal jawa
yang seolah menjadi artis. Jenis burung ini menjadi perhatian seluruh pengamat
burung. tak diragukan lagi puluhan lensa kamera mengarah kepada burung yang
hanya hinggap sekitar 5-6 m di atas permukaan tanah.
Ciung mungkal jawa
Saat berencana untuk kembali ke camp, kami memperoleh informasi spot untuk melihat
primadona hari itu. Dia lah si luntur jawa yang telah menjadi buah bibir
perbincangan para fotografer dan peserta bahkan sejak hari pertama PPBI. Tak
menunggu waktu lama untuk membangkitkan semangat kami untuk menyambangi spot si
luntur jawa tersebut. Meskipun benar-benar menguras tenaga karena lokasinya
berada di sisi bukit tempat kami pengamatan, namun tak menyurutkan niat kami
untuk mendaki dan menuruni bukit tersebut. Akhirnya usaha kami terbayarkan
karena setelah mengendap-endap mencari keberadaannnya, kami menemukan sang
primadona. Tidak hanya 1 individu, namun kami menemukan 2 individu luntur jawa
di satu lokasi yan sedang bertengger rendah di atas kepala kami. Tak ayal
ratusan atau mungkin ribuan frame dari puluhan kamera mengabadikan pose si
luntur jawa. Kemunculanyang sangat dinanti dari burung yang bahkan mungkin
hanya menjadi mitos bagi beberapa pengamat burung karena tingkat kesulitan
penjumpaannya. Berikut beberapa pose si luntur jawa:
Sungguh momen yang sangat memicu
adrenalin meski hanya mengatur fokus dan menekar shuter kamera untuk mengabadikan gambar burung ini. Burung ini
terlihat begitu anggun meski hanya bertengger dan begitu memesona mata saat dia
bersuara. Sungguh karya tuhan yang sangat mengagumkan. Burung ini menjadi
penutup pengamatan kami siang itu. Sebagai catatan di akhir pengamatan kami
melihat suatu ironi bagi kelestarian satwa liar terutama berbagai jenis burung
di lokasi tersebut. Banyak eksploitasi manusia yang sangat berpotensi
mengganggu kelestarian satwa seperti dijadikannya kawasan hutan sebagai rute untuk
olahraga motor trail dan areal berkemah. Kegiatan tersebut secara nyata sangat
mengganggu ekosistem hutan karena telah membuat kerusakan dan penurunan fungi
hutan. Semoga hal ini mendapat perhatian bagi pengelola kawasan untuk dapat menyandingkan
kelestarian alam dan kepentingan manusia.
Sebagai penutup, PPBI V di
Bandung kali ini telah meninggalkan kesan yang baik bagi para peserta. Di akhir
pengamatan para peserta menyempatkan untuk mengabadikan momen untuk berfoto di
padang rumput dengan latar belakang pegunungan yang begitu indah.
Sampai jumpa di pengamatan
selanjutnya. Terimakasih sudah berkunjung dan membaca tulisan ini.
Salam
Walid (Penulis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar