Senin, 21 Desember 2015

Liputan kegiatan pengamatan burung di PPBI V, Bandung

Pagi itu, pukul 04.00WIB udara begitu dingin menusuk tulang di Ranca upas, Bandung Selatan. Pagi hari ke-2 Pertemuan Pengamat Burung Indonesia (PPBI) V itu diawali dengan kesibukan pesertanya masing-masing. Ada yang mengemas alas tidurnya, ada yang melakukan ibadah subuh dan ada juga yang memilih melanjutkan tidur. Setelah beberapa saat kemudian, panitia sibuk menyiapkan sarapan berupa bubur kacang hijau panas dan roti yang diagendakan sebagai kegiatan pertama peserta pada hari itu. Saat panitia sibuk dengan pelayanan sarapan, sebagia peserta juga tengah sibuk mempersiapkan peralatan berburu yang akan digunakan beberapa saat lagi. Ya, para peserta tengah mempersiapkan peralatan pengamatan burung dan kamera berbagai model dan merek. Ada yang membawa buku panduan lapangan, binokular dan kamera digital. Sebagai catatan, kegiatan PPBI ini juga diikuti berbagai komunitas fotografi satwa liar.
Tepat pukul 06.00 WIB setelah selesai berbaris dan kata sambutan dari pihak panitia, para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok pengamatan. Selang beberapa saat peserta dipersilahkan menuju areal hutan di perbukitan di kawasan Ranca Upas. Dengan dipandu beberapa orang dari pihak panitia, para peserta berangkat menuju lokasi pengamatan. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk terpukau. Suara burung pengicau khas penghuni dataran tinggi menyambut perjalanan kami. Sayapun ikut terpukau melihat berbagai jenis burung yang begitu atraktif seolah menyambut kedatangan kami dan memberkan kesan bahwa mereka jauh lebih indah bila diamati di alam bebas. Berikut beberapa hasil dokumentasi pengamatan burung yang ditemukan:



 Elang hitam

Beberapa jenis yang teramati pada 2 jam pengamatan antara lain tekukur biasa,bentet kelabu, cica kopi melayu, berkik, sikatan kepala abu, sikatan belang, sikatan “cerdas” (bodoh), kipasan ekor merah, munguk loreng, ciu besar, dan elang hitam dan elang-ular bido. Saat perjalanan kembali, peserta dihebohkan dengan kemunculan ciung mungkal jawa yang seolah menjadi artis. Jenis burung ini menjadi perhatian seluruh pengamat burung. tak diragukan lagi puluhan lensa kamera mengarah kepada burung yang hanya hinggap sekitar 5-6 m di atas permukaan tanah.

Ciung mungkal jawa

Saat berencana untuk kembali ke camp,  kami memperoleh informasi spot untuk melihat primadona hari itu. Dia lah si luntur jawa yang telah menjadi buah bibir perbincangan para fotografer dan peserta bahkan sejak hari pertama PPBI. Tak menunggu waktu lama untuk membangkitkan semangat kami untuk menyambangi spot si luntur jawa tersebut. Meskipun benar-benar menguras tenaga karena lokasinya berada di sisi bukit tempat kami pengamatan, namun tak menyurutkan niat kami untuk mendaki dan menuruni bukit tersebut. Akhirnya usaha kami terbayarkan karena setelah mengendap-endap mencari keberadaannnya, kami menemukan sang primadona. Tidak hanya 1 individu, namun kami menemukan 2 individu luntur jawa di satu lokasi yan sedang bertengger rendah di atas kepala kami. Tak ayal ratusan atau mungkin ribuan frame dari puluhan kamera mengabadikan pose si luntur jawa. Kemunculanyang sangat dinanti dari burung yang bahkan mungkin hanya menjadi mitos bagi beberapa pengamat burung karena tingkat kesulitan penjumpaannya. Berikut beberapa pose si luntur jawa:







 Luntur jawa

Sungguh momen yang sangat memicu adrenalin meski hanya mengatur fokus dan menekar shuter kamera untuk mengabadikan gambar burung ini. Burung ini terlihat begitu anggun meski hanya bertengger dan begitu memesona mata saat dia bersuara. Sungguh karya tuhan yang sangat mengagumkan. Burung ini menjadi penutup pengamatan kami siang itu. Sebagai catatan di akhir pengamatan kami melihat suatu ironi bagi kelestarian satwa liar terutama berbagai jenis burung di lokasi tersebut. Banyak eksploitasi manusia yang sangat berpotensi mengganggu kelestarian satwa seperti dijadikannya kawasan hutan sebagai rute untuk olahraga motor trail dan areal berkemah. Kegiatan tersebut secara nyata sangat mengganggu ekosistem hutan karena telah membuat kerusakan dan penurunan fungi hutan. Semoga hal ini mendapat perhatian bagi pengelola kawasan untuk dapat menyandingkan kelestarian alam dan kepentingan manusia.
Sebagai penutup, PPBI V di Bandung kali ini telah meninggalkan kesan yang baik bagi para peserta. Di akhir pengamatan para peserta menyempatkan untuk mengabadikan momen untuk berfoto di padang rumput dengan latar belakang pegunungan yang begitu indah.






Sampai jumpa di pengamatan selanjutnya. Terimakasih sudah berkunjung dan membaca tulisan ini.
Salam

Walid (Penulis).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar